Pernikahan ditujukan untuk bisa mengambil kenikmatan (satu sama
lainnya) dan untuk membina rumah tangga yang shalihah serta masyarakat
yang baik, sebagaimana yang telah kami katakan di muka. Oleh karena itu
maka wanita yang ideal untuk dinikahi ialah wanita yang diharapkan
nantinya dapat mewujudkan kedua tujuan tersebut dengan sempurna yaitu wanita yang disifati dengan kecantikan paras secara fisik dan maknawi.
Maka wanita yang cantik parasnya adalah wanita yang sempurna
fisiknya, karena seorang wanita itu jika dia cantik saat dipandang,
lembut tutur katanya, maka matapun manjadi sejuk untuk memandanginya dan
telingapun tenteram mendengarkan tutur katanya, sehingga hatipun
terbuka untuknya dan dada menjadi lapang menerimanya serta jiwapun
tenteram bersamanya dan terwujudlah apa yang difirmankan Allah
Subhaanahu wa Ta’ala :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang�? (QS. Ar Rum : 21)
Kecantikan maknawi yaitu kesempurnaan agama dan akhlak, sehingga
manakala wanita tersebut adalah wanita yang taat beragama dan berakhlak
mulia maka dia menjadi lebih dicintai oleh setiap jiwa dan lebih selamat
akibatnya. Maka wanita yang beragama, dia akan taat menjalani perintah
Allah, senantiasa menjaga hak-hak suami, rumah tangga serta anak-anak
dan harta suaminya. Senantiasa membantu suami untuk menunaikan ketaatan
kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala di kala suami ingat kepadaNya. Jika
suami malas maka dia yang menyemangatinya, jika suami marah maka dia
yang membuatnya ridha. Sedangkan wantia yang berakhlak adalah wanita
yang memberikan belaian kasihnya kepada suami dan menghormatinya. Selalu
menyegerakan apa yang disukai suami dan tidak menunda-nunda sesuatu
yang disuka suami. Dan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya
tentang wanita yang bagaimanakah yang baik? Maka beliau menjawab :
“Yaitu wanita yang menyenangkan suami jika dipandang dan mentaati
suami jika diperintah dan tidak mengkhianati suami pada dirinya sendiri
dan tidak mengkhianati hartanya dengan sesuatu yang ia benci�?. (HR. Ahmad dan Nasaai)
Dan beliau Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penuh kasih lagi subur karena
sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya kalian dihadapan para
nabi, atau beliau menyatakan: dihadapan segenap umat�? (HR. Abu Daud dan An Nasaai)
Maka apabila memungkinkan untuk mendapatkan wanita yang memenuhi
kriteria wanita yang cantik parasnya dan cantik batinnya maka ini adalah
kesempurnaan dan kebahagiaan dengan taufik dari Allah Subhaanahu wa
Ta’ala.
Sumber : Maka.., Menikahlah, Penulis : Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, Penerbit : Ittibaus Salaf Press.
11 Februari, 2014
JANGAN LEPAS JILBABMU..!! JANGAN DEKATI NERAKA HANYA KARENA INGIN DIBILANG GAUL DI DUNIA.!!!
Dengan mengucap Bismillaahirrahmaanirraahiim, saya gerakan pena di tangan saya untuk menulis artikel religius, kali ini dakwah saya (lewat tulisan) setentang jilbab (hijab) sesuai judul artikel ini tersebut di atas, semoga tulisan ini bermanfaat, sekaligus mendapat tempat di hati saudari-saudariku (kaum muslimah), para wanita (anak-anakku, kemenakan-kemenakanku, cucu-cucuku) seiman, seaqidah. Semoga !
Kenapa ketika akan menulis, saya mengucap Bismillah ? Saya ingin pekerjaan saya (menulis) artikel ini mendapat barokah (bermanfaat), sesuai Hadist dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Semua pekerjaan yang berfaedah yang tidak dimulai dengan Bismillaahirrahmaanirrahiim putus (hilang berkahnya).” (HR. Rahawi)
Saudarku, dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW terdapat perintah yang menerangkan tentang pentingnya seorang wanita muslimah mengenakan jilbab agar terhindar dari segala macam bentuk fitnah.
- Misalnya dalam surat Al Ahzab :
“Hai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mu’min : hendaknya menutupi badan mereka dengan jilbabnya atas
(seluruh tubuh) mereka. Demikian itu (supaya) lebih dekat (mudah)
dikenal, (bahwa mereka adalah wanita-wanita yang baik pekertinya), lalu
mereka tidak akan diganggu (oleh orang-orang munafik). Dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (QS. Al-Ahzab : 59)
Firman Allah SWT tersebut memerintahkan kepada Nabi SAW untuk mengajak istri-istri, anak-anak gadis dan wanita-wanita mukminin lainnya untuk memakai jilbab. Kalau kita renungkan arti dari ayat-ayat itu maka akan kita dapatkan bahwasanya perintah memakai jilbab tidak dibedakan antara keluarga Nabi SAW maupun keluarga orang-orang mukmin lainnya. Karena jilbab merupakan lambang kesucian diri seorang wanita.
· Potongan ayat
: (yang artinya) “Demikian itu (supaya) lebih dekat (mudah) dikenal
(bahwa mereka adalah wanita-wanita yang baik budi pekertinya) lalu
mereka tidak akan diganggu (oleh orang-orang munafik)” adalah jelas
menjelaskan kaepada kita bahwa para wanita yang memakai jilbab dapat terjaga kehormatan dirinya. Kemudian potongan ayat
: (yang artinya) “Lalu mereka tidak akan diganggu.” Ayat ini
menerangkan bahwasanya orang-orang munafik, fasik, dan orang-orang fajir
tidak akan mampu untuk mengganggu (menyakiti) mereka lantaran jiwa dan
hati (gadis yang menggunakan jilbab) telah terlindungi.
· Perhatikan surat An Nur, Allah SWT berfirman :
“Dan
katakanlah kepada kaum mu’min wanita, agar mereka menahan pandangan
mereka dan mengekang nafsu birahi mereka, dan janganlah menampakkan
perhiasan (memamerkan kecantikan) mereka, kecuali sebagian yang
kelihatan. Dan hendaknya mereka memakai kerudung sampai menutupi dada
mereka. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka (memamerkan
kecantikan mereka) kecuali untuk suami mereka atau anak mereka sendiri
atau anak-anak dari anak-anak saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita yang lain atau budak-budak yang dimiliki oleh mereka atau
orang-orang yang menyertai mereka yang tidak mempunyai lagi hajat
keperluan pada wanita lagi atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Janganlah mereka berjalan sambil menggoyangkan kakinya
supaya dapat diketahui orang sebagian perhiasan yang mereka sembunyikan.
Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, agar kamu mendapat kebahagiaan.” (QS. An-Nur : 31)
Saudaraku, dengan memperhatikan surat An-Nur ayat 31
tersebut, dapatlah kita mengetahui bahwa perintah yang terkandung di
dalamnya itu ditujukan kepada wanita-wanita mukminat dan itu menunjukkan
bahwa menggunakan hijab (jilbab) merupakan tanda orang beriman. Lalu Allah SWT mengaitkan antara perintah tersebut dengan perintah untuk menahan pandangan dan memelihara kemaluan, disusul dengan perintah untuk memakai jilbab. Hal itu menunjukkan bahwa jilbab dapat membantu dan mengantarkan seseorang untuk sampai pada keutamaan-keutamaan ini :
· Seperti pada akhir ayat disebutkan (yang artinya)
: “Agar kamu mendapat kebahagiaan.” Ungkapan ini menekankan bahwa
kebiasaan memakai jilbab merupakan jalan menuju kesuksesan (kebahagiaan
dan keberuntungan)
· Sementara dalam surat Al-Ahzab ayat 33, berfirman Allah SWT :
“Dan
(hendaklah) kamu tetap di rumah-rumahmu (melainkan jika ada keperluan,
jika demikian bolehlah kamu keluar dari rumah). Dan janganlah kamu
memperlihatkan dirimu (seperti) orang-orang jahiliyah yang dulu. Dan
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah hanya menghendaki untuk menghilangkan dosa-dosa dan
kamu (hal ahlul-bait), dan Allah (hendak) membersihkan kamu dengan
sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab : 33)
Saudaraku,
sidang pembaca yang budiman. Jangan lupa bahwa ambisi musuh-musuh
Islam dalam mewujudkan (menjadikan) para wanita muslimah sebagai sarana
perusak dan penghancur di tengah-tengah lingkungan orang-orang muslim
itu sendiri. Langkah pertama mereka adalah mengajak dengan berbagai
cara (methode) agar kaum wanita (muslimah) gemar melakukan tabarruj.
Apa itu tabarruj? Tabarruj adalah memperlihatkan perhiasan atau
mempertontonkan wajah dan kecantikan yang dimilikinya serta menampakkan
sesuatu yang dapat menimbulkan fitnah (seperti aurat tubuhnya)
dihadapan laki-laki, yang bukan muhrimnya. Dan dalam surat Al-Ahzab ini
Allah SWT menyinggung tentang larangan (bertabarruj) –
adalah lawan dari perintah berjilbab (berhijab). Lewat tulisan
religius ini penulis mengingatkan kepada saudari-saudariku (kaum
muslimah) untuk lebih (wajib) extra berhati-hati lagi di dalam
mengantisipasi fitnah kerji ini tentu saja begitu pun bagi kaum
prianya.
· Rasulullah SAW pun pernah mengingatkan kita untuk menghindari diri dari bencana semacam ini, dengan sabdanya :
“Berhati-hatilah
kalian terhadap dunia, berhati-hatilah kalian terhadap wanita. Karena
sesungguhnya fitnah (bencana) pertama yang dialami oleh Bani Israil
bersumber dari wanita.” (HR. Muslim)
Ket : Hadist ini terdapat dalam kitab Adz-Dzikir Wa Ad-Du’a Wa At-Taubat Wa al-Istigfar, diriwayatkan oleh Imam Muslim pada bab Aktsaru Ahli al-Jannah al-Fuqara’ wa Aktsaru Ahli an-Nar an-Nisa (Mayoritas penghuni Syurga adalah kaum fakir dan mayoritas penghuni neraka adalah kaum wanita)
- Di dalam Hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda :
“Aku tidak meninggalkan cobaan apapun sesudahku yang lebih mendatangkan mudharat (bahaya) bagi kaum laki-laki selain wanita.” (HR. Bukhari)
Saudaraku,
gencarnya serangan-serangan mereka (yang memusuhi Islam) yang datang
dari luar dan masuk ke dalam dengan segala macam cara dan dengan
berbagai macam cara pula mereka berusaha untuk menyebarluaskan prbuatan
hina, mendorong kaum wanita agar melakukan perbuatan tercela minimal
melepaskan jilbabnya. Membanjirinya took-toko pakaian yang mengundang
birahi dengan berbagai model dan corak. Sehingga terjadilah fitnah
dimana-mana, mereka (kaum wanita kita) mulai memperlihatkan semua
keindahan tubuhnya, melalui televisi, satelit dan parabola, baik itu
berupa tayangan sinetron, video, vcd, Hp genggam yang sudah dapat
merekam gambar secara otomatis atau majalah atau media lainnya
berlomba-lomba, aurat tubuh wanita dipertontonkan. Naudzubillah ! Summa
naudzubillah.
· Saudaraku, kembali kepada surat Al-Ahzab ayat 33 (yang artinya)
: “Dan (hendaklah) kamu tetap di rumah-rumah mu (melainkan jika ada
keperluan, jika demikian bolehlah kamu keluar dari rumah). Dan janganlah
kamu memperlihatkan dirimua (seperti) orang-orang jahiliyah yang
dulu.”
Seperti dikatakan di atas, Allah SWT
melarang bertabarruj lawan dari berjilbab. Karena perbuatan tabarruj
dianggap sebagai perbuatan orang-orang jahiliyah dengan maksud untuk
memberi dorongan kepada kaum muslimin untuk menjauhinya. Dalam sebuah
kaidah fikih disebutkan : An Nahyu ‘ani asy-Syay’i amrun bi ahiddihi (larangan terhadap sesuatu, berarti perintah mengerjakan sesuatu yang menjadi lawannya). Artinya bahwa ayat tersebut (surat Al Ahzab : 33) merupakan ajakan untuk menggunakan (memakai) hijab (jilbab), kemudian ayat ini di akhiri dengan Firman Nya yang berbunyi (artinya) : “Dan Allah (hendak) membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya.”
Ini artinya menunjukkan bahwasanya hijab atau berjilbab (begitu pula dengan perintah-perintah Allah SWT
lainnya) merupakan jalan menuju kesucian serta sarana untuk menjaga
kehormatan diri seseorang. Kalau menggunakan jilbab dapat melahirkan
nilai-nilai positif maka sebaliknya perbuatan tabarruj dapat menyebabkan
kerusakan moral (kerusakan akhlak) seorang wanita (gadis) yang
melakukan tabarruj, ia dapat merusak dirinya sendiri, begitu pula
merusak akhlak laki-laki yang ada disekitarnya. Hal ini merupakan
tanda-tanda dari sedikitnya rasa malu yang dimiliki oleh seorang wanita, berkurangnya semangat beragama dan matinya sensifitas seseorang.
· Saudaraku, siksaan (azab) bagi wanita-wanita pelaku perbuatan tabarruj, seperti yang diterangkan Nabi SAW berikut ini :
· Bersabda Rasulullah SAW :
“Ada dua
jenis penghuni neraka yang belum pernah aku melihat sebelumnya. Kaum
lelaki yang memegangi cemeti yang berbentuk seperti ekor-ekor sapi lalu
digunakan untuk memukul manusia lain, wanita-wanita yang berpakaian
tetapi mereka terlihat seperti telanjang, mereka berlenggang lenggok,
dan kepala-kepala mereka seperti punuk seekor unta. Mereka tidak dapat
masuk ke dalam syurga dan tidak dapat mencium baunya (aroma syurga).
Sesungguhnya bau syurga harumnya dapat dirasakan dari jarak ini dan ini
(jarak yang sangat jauh).” (HR. Muslim)
Ket : Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab : Al-Libas wa az-Zinah, pada bab ‘An-Nisa al-Kasiyat al Ma’ilat al-Mumilat (wanita yang berpakaian seperti telanjang, berlenggang-lenggok, kepala mereka seperti punuk seekor unta).
Sebuah Hadist yang sama, juga diriwayakan oleh Imam Muslim tetapi dengan sedikit perbedaan redaksi setentang siksaan wanita-wanita yang melakukan tabarruj.
· Dari Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah SAW : “Dua golongan penduduk Neraka yang tidak sudi diperlihatkan kepadamu : Kaum zalim yang buas yang memegang senjata ditangannya yang selalu digerakkannya untuk membunuhi manusia. Kaum
wanita yang berpakaian setengah telanjang yang memiringkan diri kiri
kanan (untuk menggiurkan nafsu laki-laki) sedangkan rambut di kepalanya
ditinggikan bagaikan pundak di punggung unta. Mereka tidak masuk syurga
bahkan tidak dapat mencium harumnya bau syurga yang sangat jauh
jaraknya daripada mereka.” (HR. Muslim)
· Dan Hadist berikut ini : “Nabi SAW bersabda : Wahai Asma, sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah datang waktu haid
tidak boleh memperlihatkan tubuhnya, melainkan ini dan itu sambil
menunjuk muka dan dua telapak tangannya.” (Dikutip dari buku : Dosa-Dosa Besar dan Ayat-Ayat Allah Yang Dilupakan Umat Islam. Oleh : Hasnul Ahmad. Penerbit : Yayasan Dakwah Islamiyah Amar Ma’ruf Nahi Munkar)
Saudaraku, kaum muslimah yang berbahagia. Beralih dakwah saya (lewat tulisan) ini kepada setentang bagaimana kehidupan para sahabat wanita di zaman Rasulullah SAW bagaimana kesungguhan mereka memakai kerudung (berjilbab).
· Dari Aisyah ra
berkata : “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki beberapa
kelebihan. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah melihat wanita lain
yang lebih baik daripada wanita kaum Anshar dalam hal keimanannya terhadap kitabullah dan apa-apa yang diturunkan-Nya. Ketika turun surat An-Nur, pada potongan ayat (yang artinya) : Dan hendaknya mereka memakai kerudung sampai menutupi dada mereka.
Maka saat itu pula para suami membacakan kepada anak-anak perempuan,
saudara-saudara perempuan dan kerabat-kerabatnya setelah dibacakan, maka
tidak ada satu wanita pun kecuali mereka memakai
kerudung (jilbab) lalu mereka melipatkannya di atas kepala mereka. Hal
itu dilakukan karena kepercayaan dan keimanan mereka terhadap apa yang telah diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Kemudian tatkala mereka berada di belakang Nabi SAW, mereka terlihat sudah mengenakan jilbab. Seolah-olah di atas kepala mereka ada seekor burung ghirban.” (Hadist ini disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir, kemudian disandarkan kepada : Ibnu Abu Hatim)
Ket : Hadist ini juga diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dalam kitab Al-Libas pada bab Firman Allah yang berbunyi : Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung di dada mereka.
· Dan Hadist yang bersumber dari Urwah dan Aisyah ra, ia berkata : “Semoga Allah SWT mengasihi wanita-wanita Muhajirin generasi pertama ketika Allah menurunkan ayat yang berbunyi, (artinya) : Dan hendaknya mereka memakai kerudung sampai menutupi dada mereka. (An-Nur : 31), mereka dengan segera menutup kepalanya dengan kain yang dililitkan.” (HR. Bukhari)
Ikhtilath
ialah melakukan pergaulan (berkumpul) wanita-wanita di tengah-tengah
kelompok laki-laki (tanpa risih) tanpa ada batasan atau ikatan apapun,
telah hilang batasan-batasan syariat yang mengatur agar dua makhluk
berlainan jenis tidak berada dalam suatu tempat secara terbuka. Sikap tabarruj dan ikhtilath
ini sengaja senantiasa didorong dan diupayakan oleh musuh-musuh Islam
(orang-orang yang tidak senang) terhadap Islam dan oleh orang-orang
yang mendukungnya.
Saudaraku
sesama muslim, wabil khusus kaum muslimah. Sekali lagi penulis
mengingatkan, jangan sekali-kali kita lengah, artinya kita selalu siap
dengan Istiqomah mengantisipasi sewaktu-waktu datangnya fitnah keji
mereka.
Untuk lebih menegaskan penjelasan di atas, perhatikan komentar seorang Ulama besar yang tertulis di dalam kitab Ath-Thuruq al-Hukah ditohqiq. Oleh : DR. Mohammad Jamil Ghazi, setentang dampak buruk yang ditimbulkan akibat perbuatan ikhtilath.
· Berkata Imam Ibnu Qoyyim
: ”Tidak diragukan lagi, bahwa ikhtilath seorang wanita
ditengah-tengah kaum laki-laki adalah sumber dari segala perbuatan
buruk dan tercela. Hal ini merupakan salah satu penyebab terbesar
turunnya ‘azab Allah kepada suatu bangsa. Sebagaimana juga hal tersebut
akan berdampak buruk bagi orang lain. Sedangkan ikhtilath yang
dilakukan oleh seorang laki-laki ditengah-tengah kaum wanita hanya akan
menimbulkan perzinahan dan perbuatan keji lainnya.”
· Tetapi
perhatikan bagaimana perilaku (kehidupan) terpuji, karena perasaan
(hati) yang sudah terlandasi dengan manisnya iman para Sahabat Wanita
berikut ini :
· Diberitakan oleh Hamzah bin Abu Al-Anshari dari ayahnya. Disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
keluar dari pintu Masjid. Di luar pintu Masjid itu beliau mendapatkan
beberapa laki-laki sedang bercengkerama dengan beberapa wanita. Melihat
hal tersebut beliau berkata kepada kaum wanita itu : “Perlambatlah
jalan kalian ! Sesungguhnya kalian tidak berhak berjalan di
tengah-tengah kaum laki-laki. Langkah terbaik yang kalian tempuh adalah
dengan menyamping ke sisi jalan.” Kemudian para wanita itu
merapat ke tembok hingga baju yang mereka kenakan tersangkut, karena
rapatnya tubuh mereka dengan tembok.” (HR. Abu Daud)
· Dan Hadist di dalam kitab Shahih Al-Bukhari, bahwa Ummul Mukminin Aisyah ra pernah melakukan thawaf dengan dikelilingi oleh beberapa orang laki-laki. Lalu Nabi SAW bersabda : “Janganlah engkau bercampur dengan mereka.” (HR. Bukhari)
Maksud
dari Hadist ini adalah, bahwa yang seharusnya dilakukan oleh kaum
wanita adalah meisahkan diri dari tempat dimana kaum laki-laki
berkumpul.
· Kemudian Hadist berikut ini : Diberitakan dari Ummul Mukminin Aisyah ra, ia berkata : “Ketika Rasulullah SAW
selesai mengerjakan shalat Subuh, para wanita kembali ke rumah
masing-masing seraya menutupi tubuh mereka dengan kain penutup agar
tidak tampak cahaya tubuh.” (HR. Bukhari)
Sekarang
sudah jelas bahwa ikhtilath itu dilarang ditempat-tempat ibadah
ataupun ditempat-tempat lain. Untuk menjaga kesucian diri kita yang
mungkin saja dapat terpengaruh oleh lingkungan, di dalam kitab Al-Mar’ah Muta’al Al-Jabri
disebutkan bahwa seorang ulama yang bijak pernah berkata : “Kesucian
diri merupakan hijab yang dapat menjaga seseorang dari perbuatan
ikhtilath.”
Sementara
Syekh Ibrahim Izzat berkata : “Seorang wanita apabila terbiasa keluar
dari rumahnya menuju lingkungan bercampur baur (antara laki-laki dan
perempuan), maka sesungguhnya perasaan suci dalam dirinya telah hancur.”
Saudariku,
kaum muslimah yang berbahagia. Saya berharap dari beberapa Hadist
tersebut di atas kita mendapat pelajaran. Itu artinya kalian harus
cepat-cepat hijrah (dari melakukan pergaulan (berkumpul) dengan
laki-laki tanpa batasan), bercampur, berbaur di tengah-tengah kelompok
laki-laki tanpa risih, padahal mereka bukan muhrim hijrah kepada
perilaku, kehidupan terpuji wanita-wanita solehah terdahulu, para
sahabat wanita-wanita di zaman Rasulullah yang keimanannya terhadap
Kitabullah tidak diragukan.
Sampai disini saya sudahi tulisan (artikel) religius ini, saya berharap setelah membaca artikel ini, tidak ada lagi saudariku (kaum muslimah) yang tidak mempergunakan (memakai) hijab (jilbab) yaitu kerudung yang menutupi kepala sampai ke dada yaitu seolah-olah di atas kepala mereka ada seekor burung ghirban. Terima kasih atas segala perhatian, wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
(Bahan-bahan (materi) diambil dan dikutip dari bukku : Wahai Wanita Merekalah Teladanmu. Oleh : Frof. DR. Thal’at Mohammad Afifi)
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
RIMANEWS - Seorang biksu Tibet kemarin melakukan aksi bakar diri di Ibu Kota Kathmandu, Nepal. Insiden ini menandai aksi bakar diri ke-1...
-
TIps Facebook kali ini saya ingin meberikan cara mengganti nama di Facebook atau mengganti nama akun FB, dimana sering sekali dari kita peng...
-
Islam Syumul: HALAQAH- IBU DAN AYAH : Video yang meruntun jiwa
-
Berbicara tentang kota Samarinda, sepertinya saya harus memperkenalkan kota tercinta saya ini dulu Kota Samarinda dibentuk dan didirikan...
-
Untukmu Bidadari Sepanjang Hidupku. Maafkan aku, di hari jadi kita ini aku tidak bisa memenuhi permintaanmu, aku tidak bisa mengabulkan p...